Planet Dalam dan Planet Luar serta Teori Proses Terjadinya Sistem Tata Surya

Berikut ini penjelasan singkat tentang sistem tata surya, planet dalam, planet luar, proses terjadinya tata surya, teori nebula, teori kabut, teori planetesimal, teori pasang surut, teori kabut nebula, teori pasang surut gas, proses terjadinya bumi, teori terjadinya jagat raya, teori big bang, dan teori bintang kembar.

Tata Surya

Telah kita kemukakan bahwa galaksi terdiri atas berjuta-juta bintang dengan segala bentuk dan strukturnya, salah satu di antara bintang tersebut adalah matahari kita, yang mempunyai anggota keluarga, yang membentuk suatu susunan yang disebut tata surya. 

Satu tata surya terdiri atas satu matahari dan benda-benda angkasa yang beredar mengelilinginya. Tata surya kita dikelilingi sembilan planet-planet termasuk planet bumi yang kita tempati ini. 

Planet dalam, yaitu planet yang lintasannya di antara Bumi dan Matahari, yaitu planet Merkurius dan planet Venus.

Planet luar, yaitu planet yang lintasannya mengelilingi matahari lebih jauh dari Bumi, yaitu planet Mars, Yupiter, Saturnus, Uranus, Neptunus, dan Pluto.

Beberapa hal yang penting mengenai planet sebagai berikut.

  1. Planet-planet tidak memiliki cahaya sendiri, cahaya itu berasal dari matahari yang dipantulkan kembali, planet tidak berkelip-kelip, tetapi berkilauan.
  2. Lintasan planet beredar mengelilingi Matahari berbentuk elips.
  3. Arah peredaran planet-planet sama.
  4. Planet ada yang mempunya satelit ada yang tidak.

Proses Terjadinya Tata Surya dan Bumi

Sampai dewasa ini telah banyak teori-teori dan hipotesis-hipotesis yang dikemukakan. Ilmu yang mempelajari dan menyusun hipotesis-hipotesis tentang terjadinya tata surya dan bumi disebut kosmogoni. 

Hipotesis yang sampai kini masih diterima tentang terjadinya planet Bumi dan sistem tata surya, yaitu sebagai berikut.

Teori Kabut – Nebula

Teori ini dikemukakan oleh Kant (1755) seorang Jerman dan Laplace (1796) seorang Perancis. Masing-masing mengemukakan teori kabut mengenai susunan matahari, kemudian disempurnakan oleh CF Van Weizacher (1944) dan G.P. Kuiper (1951) sehingga menjadi teori kondensasi.

Garis besar teori ini bahwa: Tata surya pada mulanya awan gas atau nebula yang berputar. Sambil

memadat, pusat awan ini memutar dengan cepat. 

Melepaskan cincincincin gas, yang kemudian membentuk planet-planet, satelit-satelit yang beredar. Dan massa intinya menjadi matahari yang sekarang ini.

Planet Dalam dan Planet Luar serta Teori Proses Terjadinya Sistem Tata Surya
Teori Kabut-Nebula

Teori Planetesimal

Teori ini dikemukakan oleh Chamberlin dan Moulton (1905). Masing-masing mengemukakan teorinya yang terkenal, yaitu teori planetesimal. Garis besar teori ini sebagai berikut.

Susunan matahari terlebih dahulu merupakan sebuah kabut pilin. Pada kabut pilin ada himpunan benda-benda halus yang disebut planetesimal. 

Yang lebih besar menarik yang kecil, kemudian menjadi bola besar di tengahtengahnya. Akhirnya bola besar itu menjadi matahari dan planetesimal menjadi planet-planet. 

Oleh karena kabut pilin sejak semula dalam keadaan berputar maka segala planet bersama satelitnya masih tetap berotasi serta semuanya beredar mengelilingi pusatnya, yaitu matahari.

Teori Pasang Surut Gas

Teori ini dikemukakan oleh Yames Yeans (1917) ahli bintang bangsa Amerika. Ia mengemukakan teori pasang surut. Garis besar teori ini sebagai berikut.

Bumi dibentuk pada waktu sebuah bintang melintas berdekatan dengan matahari dan menarik keluar dari permukaan matahari gumpalan gas yang amat besar berbentuk cerutu. Kemudian gumpalan gas tersebut pecah menjadi bagian-bagian yang mendingin dan memadat membentuk planet-planet.

Planet Dalam dan Planet Luar serta Teori Proses Terjadinya Sistem Tata Surya
Teori Pasang Surut Gas

Teori Big Bang (Ledakan Bintang)

Teori ini dikemukakan oleh ahli astronomi Inggris Fred Hoyle (1956). Matahari mempunyai kawan sebuah bintang, pada mulanya berevolusi satu sama lain, kemudian ada di antaranya yang memadat dan mungkin terjerat ke dalam orbit keliling matahari yang lain, lalu meledak dan bebas di ruang angkasa. 

Teori ini didukung banyak ahli astronomi karena dewasa ini banyak diketemukan bintang ganda atau kembar.

Teori Kuiper

Astronom Gerard P. Kuiper (1905 – 1975) menjelaskan bahwa alam semesta terdiri atas formasi bintang-bintang. 

Menurut dia pusat yang memadat berkembang dalam suatu awan antarbintang dari gas hidrogen. Pusat yang satu lebih besar daripada pusat yang lainnya, kemudian memadat menjadi bintang tunggal, yaitu matahari. 

Peristiwa berikutnya, kabut menyelimuti pusat yang lebih kecil yang disebabkan adanya daya tarik dari massa yang lebih besar, menyebabkan awan yang lebih kecil terpecah-pecah menjadi awan yang lebih kecil yang disebut proto planet. 

Setelah suatu periode yang lama, proto planet tersebut menjadi planet-planet seperti yang kita lihat sekarang ini. Bila kedua awan mempunyai ukuran yang sama maka akan terbentuk bintang ganda. Formasi bintang ganda sangat sering terjadi di alam semesta ini.

Ketika matahari memadat, ia akan menjadi begitu panas sehingga sebagian besar energi radiasi dipancarkan. Energi itu cukup kuat untuk mendorong gas-gas yang lebih terang, seperti hidrogen dan helium dari awan yang menyelubungi protoplanet-protoplanet yang paling dekat dengan matahari.